DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI 1
BAB
I PENDAHULUAN 2
A.
Latar
Belakang 2
B.
Rumusan
Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A.
Arti
Nuzulul Qur’an 3
B.
Proses
Turun Al-Qur’an 4
C.
Hikmah
Turun Secara Bertahap 6
D.
Makna
Wahyu dan Prosesnya 6
BAB III PENUTUP 7
A.
Kesimpulan 7
DAFTAR PUSAKA 8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum
muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang pertama dan utama. Al-Qur’an
harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan
mereka agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Sehingga
tidaklah berlebihan jika selama ini kaum muslimin tidak hanya mempelajari isi
dan pesan-pesannya.
Tetapi juga telah berupaya
semaksimal mungkin untuk menjaga otentitasnya. Upaya itu telah mereka
laksanakan sejak Nabi Muhammad SAW masih berada di Mekkah dan belum berhijah ke
Madinah hingga saat ini. Upaya tersebut telah mereka laksnakan sejak Al-Qur’an
diturunkan hingga saat ini. Mempelajari Al-Qur’an adalah kewajiban. Terdapat
beberapa prinsip dasar untuk memahaminya, khusus dari segi hubungan Al-Qur’an
dengan ilmu pengetahuan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian Nuzulul Qur’an?
2.
Bagaimana
proses turunnya Al-Qur’an?
3.
Apa
hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap?
4.
Apa
makna wahyu Al-Qur’an dan proses turunnyya Al-Qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nuzulul
Qur’an
Secara etimologis Nuzulul Qur’an terdapat dua kata yaitu kata
Nuzul dan Al-Qur’an. Pada dasarnya ”Nuzul” itu mempunyai arti turunnya suatu benda dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah. Nuzul juga secara etimologi dapat berarti
singgah atau tiba ditempat tertentu. Makna nuzul dalam pengertian yang disebut
terakhir ini dalam kebiasaan orang arab menurut Abdul Azhim Az-Zarqoni sebagai
makna hakiki. Sehingga, kata singgah, mampir, atau tiba umpamanya sering
diungkapkan oleh orang arab dalam formulasi seperti seorang penguasa singgah
atau tiba disuatu tempat.
Kata Nuzul memiliki beberapa pengertian antara lain:
a) Menurut Ibn Faris, kata Nuzul berarti hubuth syay wa wuqu’uh, “turun dan jatuhnya sesuatu.”
b) Sedang menurut al-Raghib al-Isfahaniy, kata Nuzul berarti, “meluncur atau turun dari atas ke bawah.”
c) Menurut al-Zarqoni, kata Nuzul di ungkapkan dalam penuturanya yang lain untuk pengertian perpindahannya sesuatu dari atas ke bawah.
d) Imam Fairuz Zabadi dalam kamusnya Al-Muhith Al-Hulul Fil Makan. Kata Nuzul itu mampunyai arti : “Bertempat di suatu tempat”. Contohnya antara lain firman Allah SWT.
وَقُل
رَّبِّ أَنزِلۡنِى مُنزَلاً۬ مُّبَارَكً۬ا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلۡمُنزِلِينَ
Artinya: Berdo’alah
Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang di berkahi dan Engkau adalah
sebaik-baik yang memberi tempat (Q.S. Al- Mukminum : 29)
e) Imam Az-Zamakhsyari dalam tafsirnya Al- Kasysyaf. Kata Nuzul itu berati Al- Ijtima (kumpul).
Di dalam hubungannya dengan pembahasan Nuzulul Qur’an ini,
kata MF. Zenrif di dalam bukunya yang berjudul sintesis paradigma studi
al-Qur’an, ada juga pendapat yang memberikan alternatif dari problem teologis
dengan memberikan pengertian majaziy dari kata nuzul. Dalam hal ini nuzul
diartikan penampakan al-Qur’an ke pentas bumi pada waktu dan tempat tertentu.
Memang menurut pandangan ini al-Qur’an bersifat Qodim, dalam pengertian sudah
ada sebelum adanya tempat dan waktu, akan tetapi keberadaanya ketika itu belum
diketahui atau hadir di pentas bumi. Ketika al-Qur’an pertama kali diterima
Nabi saw, ketika itu pula al-Qur’an menampakan diri. Oleh karenanya, inna
anzalnahu fi lailat al-qodr mempunyai pengertian:“sesungguhnya kami memulai
memperkenalkan kehadiran al-Qur’an pada malam al-Qodr”
Secara harfiah berarti turunnya
Al-Qur’an (Nuzulul Qur’an) adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa yang
penting penurunan wahyu Allah pertama kepada Nabi Muhammad SAW. Turunnya
Al-Qur’an dari Allah SWT kepada Rasulullah SAW diperingati setiap tanggal 17
Ramadhan.
Secara bahasa, kata Al-Qur’an adalah bentuk masdar dari kata iqro yang berarti bacaan. “Qur’an”
menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih
berarti “bacaan”, asal kata qara’a.
Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’
(dibaca). Al-Qur’an bukan saja harus dibaca oleh manusia, tetapi juga karena
dalam kenyataannya selalu dibaca oleh yang mencintainya. Baik pada shalat
maupun di luar shalat.
Secara istilah Al-Qur’an adalah
kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada
Nabi muhammad SAW dan dituis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawattir serta
membacanya adalah ibadah.
Berdasarkan definisi ini, kalam Allah
yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad SAW tidak dinamakan
Al-Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s.atau Injil yang
diturunkan kepada Nabi Isa a.s. Demikian pula kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, seperti Hadis Qudsi tidak pula dinamakan Al-Qur’an.
B. Proses turunnya Al-Qur’an
Sebagaimana
segala sesuatu memiliki empat dimensi wujud: wujud lisan, wujud tulisan, wujud
mental dan wujud luaran, wahyu juga demikian adanya memiliki empat dimensi
wujud:
A. Wujud tulisan al-Qur’an yang tampak dan lahir.
B. Wujud lisan al-Qur’an adalah bacaan pembaca yang dibaca semenjak
para maksum dan malaikat hingga masyarakat awam.
C. Wujud mental dan ilmiah al-Qur’an yang terbagi lagi menjadi
beberapa bagian: wujud di lauh
mahfuz, wujud di alam perintah (amr) yang kemudian turun sesuai
dengan perintah Ilahi ke dalam hati Rasulullah Saw sebagaimana dalam firman
Allah Swt, “"Ar-Ruh al-Amin (Jibril) telah menurunkannya ke dalam
hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan." (Qs.
Al-Syuara [26]:169) Atau
makna-makna transendental dan metafisik yang diraup tatkala qari membaca
al-Qur’an. Seperti firman Tuhan, “Dan
kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur’an ini) suatu kitab pun dan kamu
tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tanganmu; andai kata (kamu pernah
membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang-orang yang ingin
mengingkari(mu)." (Qs.
Al-Ankabut [29]:48)
D. Wujud luaran secara global dimana hakikat dan realitas al-Qur’an
turun dari sumber keagungan Tuhan Esa, sebagaimana firmannya, “Alif Lâm Râ,
(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi
Maha Tahu." (Qs. Al-Hud
[11]:1)
E. Wujud luaran al-Qur’an ini adalah yang berbentuk indah dan menjadi
kerabat dekat orang-orang mukmin di kubur dan di akhirat akan menjelma dan
bertutur-kata serta memberikan syafaat.
F. Banu Isfahani dalam menyanggah anggapan bahwa hal ini mustahil
menuturkan, “Jangan kalian mengira bahwa riwayat yang mengisahkan syafaat yang
diberikan al-Qur’an dan sebagainya merupakan sebuah pepatah. Riwayat
tersebut harus ditakwil dan dimaknai pada batinnya. Karena al-Qur’an pada
setiap tingkatan eksistensi sedemikian ia menjelma dengan jelas sehingga
alam-alam wujud berderet secara vertikal. Dan
setiap tingkatan rendah merupakan simbol dan penampakan dari tingkatan
tingginya. Dan pancarannya menjelma
dan memanifestasi di dunia aktual tempat kita berpijak yang merupakan tingkatan
terendah dari tingkatan-tingkatan alam eksisten. Dunia tempat kita
berpijak merupakan dunia majaz (figuratif, non-hakiki) dan dunia lahir. Dan seluruh eksisten di dunia ini
tidak lain merupakan simbol dan penampakan alam atas.
Di
atas alam ini terdapat sebuah alam yang berada dalam lintasan menanjak kita
manusia. Alam
tersebut adalah alam barzakh yang merupakan perantara dan media antara alam
dunia dan alam kiamat. Alam barzakh merupakan alam form (shurat) dan alam
makna. Dan di atasnya terkait dengan manusia merupakan alam kiamat yang
merupakan alam keseluruhan, alam
hakikat, alam
kehidupan dan di situlah batasan dan akhir perjalanan manusia
Dalam Al-Qur’an telah disebutkan bahwa Al-Qur’an
diturunkan pada bulan Ramadhan. Telah di jelaskan apda surah Al Baqarah :185
“Bulan ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk
manusia’’. Dan pada surah Al- Qadar :1 “Sesungguhnya Allah telah menurunkan
Al-Qur’an pada malam kemuliaan”. Beberapa ayat lain juga menerangkan bahwa
al-quran diturunkan berangsur-angsur dalam kurun waktu dua puluh tiga tahun dan
selesai selama masa kenabian. Banyak sekali ayat Al Qur’an yang menegaskan
bahwa Al Qur’an turun secara berangsur-angsur.
Selain ayat diatas juga
dijelaskan pada surat Al Insan : 23. “Sesungguhnya kami telah menurunkan Al
Quran kepada mu dengan berangsur-angsur”. Ibnu abbas juga meriwayatkan bahwa “dia berkata bulan
yang didalmnya al-quran diturunkan oleh kibril sekaligus kelangit dunia.
Kemudian setelah itu diturunkan kepada muhammad saw dari hari ke hari, satu
ayat, dua ayat, tiga ayatatau satu surah.
C. Hikmah turunnya Al-Qur’an secara
Berangsur-angsur
Selalu
ada hikmah dibalik suatu peristiwa. Sama halnya dengan diturunkannya Al-Qur’an
secara erangsur-angsur antara lain sebagai berikut :
1. Menguatkan dan meneguhkan hati
Raulullah SAW, dalam rangka menyampaikan dakwahnya dalam menghadapi celaan
orang-orang musyrik (QS. Al-Furqon ayat 32)
2. Memudahkan
Nabi SAW dalam menghafal lafad Al-Qur’an, mengingat Al-Qur’an bukan sya’ir atau
prosa, tetapi kalam Allah yang sangat berbobot isi maknanya sehingga memerlukan
hafalan dan kajian secara khusus.
3. Sebagai
pendidikan terhadap umat Islam, dengan turunnya Al-Qur’an dengan secara
bertahap, pelajaran dengan sabar dan hati-hati dalam menghadapi segala cobaan,
dan bertahap dalam memahami hukum Islam.
4. Dengan
cara ini, turunnya ayat sesuai dengan peristiwa yang terjadi akan lebih
berkesan dihati, karena segala persoalan dapat ditanyakan langsung kepada Rasul
SAW, seperti yang terjadi, dan Al-Qur’an langsung menjawabnya, dalam persoalan
istri su’ad bin Rabi’ yang datang kepada Rasulullah
5. Agar
mudah dimengerti dan dilaksanakan segala isinya oleh umat Islam.
6. Memberi
kesempatan sebaik-baiknya kepada umat Islam untuk meninggalkan sikap mental
atau tradisi-tradisi jahiliyah yang negative secara berangsur-angsur.
7. Membuktikan
bahwa Al-Qur’an benar-benar kalam Allah.
D. Makna
Wahyu dan Macam Wahyu
Arti
wahyu dari segi bahasa adalah petunjuk yang di sampaikan secara sembunyi, atau
dengan kata lain wahyu tersebut menggunakan metode sembunyi-sembunyi dalam
penyampaiannya. Pengertian wahyu Menurut syara' wahyu adalah pemberitahuan
Allah SWT kepada orang yang dipilih dari beberapa hamba-Nya mengenai beberapa
petunjuk dan ilmu pengetahuan yang hendak diberitahukannya tetapi dengan cara
yang tidak biasa bagi manusia, baik dengan perantaraan atau tidak dengan
perantaraan.
Lafazh "wahyu'' ini
menunjukkan bahwa penyampaian berita dari Allah Swt kepada Rasulullah SAW
menggunakan metode khusus.Hal itu dapat dibuktikan dengan digunakannya metode
sembunyi-sembunyi, keakuratan, dan tidak memungkinkannya orang lain untuk dapat
mengetahui.
Macam
wahyu :
Ø Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW “sesungguhnya Ruhul Qudus
membisikan ke dalam pikiranku”
Ø Berbicara kepada Nabi dari balik tabir, seperti dalam QS. AN-NISA 164
Ø Seorang malaikat menyampaikan wahyu yang
dikirimkan dari sisi Allah SWT kepada salah seorang Nabi-Nya
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bukti sejarah turunnya Al-Qur’an
dapat ditarik kesimpulan, bahwa Allah menurunka Al-Qur’an secara tidak langsung
dengan keseluruhannya melainkan dengan cara yang berangsur-angsur. Hal ini
untuk memudahkan kepada Nabi muhammad SAW untuk menghafalnya dan mendiktenya
kepada para penulis wahyu.
Sedangkan Al-Qur’an itu sendiri mempunyai arti bacaan,
dimulai dengan surat Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, dan merupakan
ibadah bagi yang membacanya dan kafir bagi yang mengingkarinya. Al-Qur’an
juga sangat berfungsi bagi kehidupan
manusia adalah sebagai petunjuk bagi manusia, sumber pokok ajaran Islam,
pemberi peringatan dan pelajaran bagi manusia.
Sebagai umat Islam, hendaklah selalu mengamalkannya
ayat-ayat Qur’an setiap saat baik itu kepada orang lain maupun pada diri
sendiri. Selalu membaca, mengahafal, memahami dan mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari karena Al-qur’an itu banyak sekali manfaat dan fungsinya
bagi kehidupan manusia. Banyak pengetahuan di dalamnya, karena ilmu pengetahuan
semuanya juga bersumber dari Al-Qur’an. Orang yang mengikuti ajaran Al-Qur’an
akan masuk surga sedangkan yang menentangnya akan masuk neraka.
B. Saran
Demikianlah
makalh kami buat. Kami sadar makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Guna
kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.zulfanafdhilla.com/2014/10/pengertian-nuzulul-quran.html
Shihab, Quraish.1996.Membumikan Al Quran”Fungsi dan Peranan Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat”. Bandung:Mizan
Al-Athar, Dawud.1979. ‘’ Ilmu Qur’an’’ . Bairud 1979. Pustaka Hidayah
http://gibukmakalah.blogspot.com/2014/02/pengertian-wahyu-macam-macam-dan-proses.html
0 komentar:
Posting Komentar